Usman Awang |
Tegak kami di makam sepi,
lalang-lalaiig tinggi berdiri,
clua nisan terkapar mati,
hanya papan dimakan bumi.
Dalam kenangan kami melihat,
mesra kasih bunda menatap,
sedang lena dalam rahap,
dua tangan kaku berdakap.
Bibir bunda bersih lesu,
pernah dulu mengucupi dahiku,
kini kurasakan kasihnya lagi,
meski jauh dibatasi bumi.
Nisan batu kami tegakkan,
tiada lagi lalang memanjang,
ada doa kami pohonkan,
air mawar kami siramkan.
Senyum kemboja menghantar kami,
meninggaikan makam sepi sendiri,
damailah bunda dalam pengabdian,
insan kerdil mcnghadap Tuhan.
Begitu bakti kami berikan,
tiada sama bunda melahirkan,
kasih bunda tiada sempadan,
kemuncak murni kemuliaan insan.